Memilih Sekolah Mahal, Haruskah? (bagian ke-2)

Kedua, benarkah sekolah adalah sistem yang paling mampu mengetahui potensi dan bakat seorang anak sekaligus mengembangkannya secara optimal?

Sekolah adalah lembaga atau tempat (diselenggarakannya) pendidikan bagi anak-anak. Lalu apakah pendidikan itu?

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. ( UU No. 20 tahun 2003)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 
(UU Nomor 2 Tahun 1989)

Saya menangkap ada dua kata kunci dalam pengertian pendidikan yang tertulis dalam undang-undang tentang pendidikan tersebut di atas, yaitu potensi diri dan peran. Atau jika saya tulis kembali dengan kalimat saya sendiri, maka proses pendidikan adalah proses pengembangan potensi diri setiap individu secara khas, agar kelak ketika dewasa ia mampu berperan secara optimal bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungan di manapun ia berada. Mengapa khas? Karena potensi setiap orang jelas berbeda-beda. Kecerdasan, kemampuan, talenta antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya tidak akan pernah sama. Kita bahkan tidak mampu membandingkan dua manusia mengenai siapa yang lebih cerdas dari yang lain. Karena bisa saja seseorang lebih memiliki kemampuan di suatu bidang di bandingkan orang lain, tetapi belum tentu di bidang lain ia lebih unggul dibandingkan orang lain. Jadi potensi diri setiap manusia dan tentu saja setiap anak yang terlahir adalah unik. Lalu siapakah yang mampu menemukan potensi setiap anak?





Banyak tes psikologi saat ini yang mengklaim mampu mendeteksi watak, potensi, talenta, bakat, kemampuan atau apapunlah itu namanya secara akurat. Bagaimanapun, ini adalah pencapaian sebuah bidang ilmu, khususnya psikologi. Tapi sesungguhnya, siapakah yang paling mampu mendeteksi secara akurat dan detail mengenai potensi anak-anak? Jawabannya adalah orangtuanya sendiri, atau orang terdekat yang selama ini paling banyak mendampingi serta berkomunikasi dengannya. Seharusnya tidak ada yang paling mengetahui mimpi seorang anak, melainkan orangtuanya sendiri. Dr. Caron Goode, dalam bukunya berjudul Optimizing your Child’s Talent, alih-alih memberikan sebuah test untuk menyelidiki bakat dan potensi seorang anak, justru memberikan arahan bagi orang tua tentang bagaimana caranya mengetahui bakat dan potensi anak. Dan hal semacam itu sulit dilakukan oleh sekolah yang notabene terdiri dari banyak anak. Sekali lagi saya tegaskan di sini, saya tidak mengatakan bahwa sekolah itu tidak ada gunanya sama sekali. Saya hanya ingin menyampaikan pesan, bahwa pendidikan paling utama ada di tangan orang tua, dan sekolah sifatnya hanya penunjang. Mari kita simak kisah Deddy Corbuzier dan Sang Ayah berikut ini, dikutip dari blog pribadinya 
http://www.thecorbuzier.com/ :

Saya... Saya 2 kali tidak naik kelas... Yes... I am. Proudly to say..Ayah saya ambil report.. Merah semua.. Dia tertawa.."Kamu... Belajar sulap tiap hari kan.. Sampai gak belajar yang lain..""Iya Pa""Sulapnya jago... Belajarnya naikin Yuk.. Gak usah bagus... Yg penting 6 aja nilainya.. Ok?.. Pokoknya kalau nilai nya kamu 6.. Papa beliin alat sulap baru... Gimana?"Wow... My target is 6.....Not 8.. Not 9... NOT 10!!!! It's easy..... Its helping... Its good communication between me and my father.... Its a GOOD Deal... Dan Ibu saya? Mendukung hal itu.Apa yang mereka dapat saat ini?Anaknya yang nilainya tidak pernah lebih dr 6/7 tetap sekolah.. Kuliah... Jadi dosen Tamu .. Mengajar di beberapa kampus..Oh.. Anaknya...Become one thing they never imagine...World Best Mentalist(Merlin Award Winner : penghargaan tertinggi di seni sulap dunia) 2 kali berturut turut....

Mengetahui dan mengakui secara jelas mimpi, potensi dan bakat anak kita sangat terkait dengan 'peran' yang akan di ambilnya ketika kelak ia dewasa. Begitu banyak jenis peran yang tersedia di realitas kehidupannya kelak. Tidak ada sebuah peran tertentu yang lebih rendah dari peran yang lain. Yang terpenting adalah kesungguhan dalam menjalankan peran tersebut. Dan semuanya itu berawal dari kecintaan pada pilihannya, yang itu dimulai dari pengakuan dan penerimaan orang-orang terdekatnya. Salah satunya yang paling utama adalah dari orangtuanya sendiri. Baru setelah semua mimpi seorang anak telah menjadi sebuah kemantapan dan kecintaan, mari kita mulai bekerjasama. Orang tua dapat menjadi sepervisor untuk mengembangkan mimpi dan potensinya tersebut secara optimal. 

Jadi meskipun seorang anak, bersekolah di sekolah mahal atau murah, tapi orangtuanya tidak pernah mengetahui dengan jelas apakah sebenarnya potensi dan bakat anaknya. Itu sama saja dengan menjalani serangkaian proses pendidikan, tanpa bekal pemahaman awal mengenai subjek garapan. Kita orang tuanya, hanya mengikuti saja alur pembelajaran yang diselenggarakan sekolah, menerima mentah-mentah semua metode yang tampak hebat itu, bersedia menyediakan fasilitas ini dan itu, lalu mengukur keberhasilan pendidikan anak-anak melalui ukuran-ukuran mereka, tetapi ‘abai’ mengetahui dan mengakui potensi dan bakat anak kita sebenarnya. Kalau begitu sampai titik ini, apa bedanya memilih sekolah mahal dan sekolah murah?







Comments

Popular posts from this blog

Perkalian Matematika SD: Hafalan atau Logika?

Mentari (Lagu Kampus ITB)

Renungan Al Quran Surat Al Balad: Jalan yang sukar dan mendaki itu adalah...